Minggu, 01 Juli 2012

Searching For Happiness

Minggu 1 Juli 2012 saya menonton film di RCTI berjudul "Surat Kecil Untuk Tuhan". Film ini mengisahkan perjuangan seorang remaja menghadapi penyakit kanker yang dideritanya. Bagi yang sudah pernah menonton film ini pasti setuju bahwa film ini dapat menggambarkan bagaimana sesungguhnya kondisi yang dialami para penderita kanker. Film ini berdasarkan kisah nyata perjalanan hidup (alm) Gita yang biasa dipanggil Keke. Orangtua Gita memiliki kondisi ekonomi yang cukup, bahkan dapat dikatakan mapan, sehingga dapat membiayai pengobatan Gita yang mahal harganya. Dapat dibayangkan bagaimana penderitaan saudara-saudara kita penderita kanker yang berasal dari keluarga kurang mampu. Selain ingin memberikan kesan baik saya mengenai film ini, saya juga ingin membagikan nilai-nilai yang saya dapat dari film ini.

Kejadian yang dialami Gita benar-benar terjadi. Dan setelah Gita meninggal pada tahun 2006, saya tahu di luar sana banyak Gita-Gita lainnya yang sedang berjuang melawan cobaan hidup yang diijinkan Tuhan untuk mereka alami. Entah itu penyakit, masalah keluarga, perekonomian, kehidupan sosial, dan masih banyak lagi. Namun satu nilai yang saya ambil dari film ini yaitu bahwa sosok Gita tidak pernah mengeluh atau menyalahkan siapa pun atas cobaan yang dialaminya. Justru dalam surat yang ditulisnya untuk Tuhan, Gita berterima kasih atas semua berkat yang Tuhan berikan dan ijinkan ia nikmati dalam hidupnya.

Saat adegan Gita membaca surat tersebut, saya merasa sangat malu. Mengapa? Karena seringkali saya mengeluhkan apa yang saya alami, saya "protes" kepada Tuhan mengapa harus begini mengapa harus begitu. Bahkan saya terkadang ada dalam kondisi tidak bersemangat menjalani hidup, yang dalam bahasa gaul saat ini disebut "galau". Saya merasa sayalah orang di bumi ini dengan masalah terberat. Dan saat saya mencoba lebih peka terhadap orang-orang sekeliling saya, barulah saya tersadar bahwa setiap manusia pasti mempunyai permasalahannya masing-masing. Dimulai dari orang yang saya temui setiap harinya yaitu rekan kerja. Saya tahu dibalik sikap yang mereka tunjukkan setiap hari, pasti ada masalah yang sedang mereka hadapi, besar maupun kecil. Yang membedakan kita adalah reaksi yang kita tunjukkan dalam menghadapi masalah tersebut. Ada yang memilih menjadi "galau", ada yang menyalahkan Tuhan bahkan menjauhi, ada yang tetap bersyukur, ada yang bersungut-sungut, namun ada juga yang bahkan masih dapat memotivasi orang lain dan menjadi berkat untuk orang-orang di sekitarnya. 

Saya tahu bicara mengenai reaksi yang ditunjukkan dalam menghadapi masalah memang mudah, tidak semudah melaksanakannya. Kadar permasalahan yang dihadapi setiap orang berbeda, relatif tergantung orang tersebut. Namun mengapa kita seringkali menunjukkan reaksi yang negatif dalam menghadapinya? Karena kita selalu melihat ke atas dan mengasumsikan kehidupan orang lain lebih baik dari kita. Kita selalu merasa enak ya jadi si A, dia tidak begini dan begitu seperti saya, Enak ya jadi si B, dia punya segala sesuatu lebih dari saya. Pernahkah kita berpikir mungkin saja orang lain juga mempunyai pemikiran yang sama, yaitu betapa beruntungnya kehidupan kita dengan apa yang kita miliki saat ini? Jika orang lain bisa berpikir begitu, mengapa kita menghabiskan waktu untuk memikirkan betapa beruntungnya orang lain?

Saat ini saya mulai membiasakan diri untuk tidak melihat "keberuntungan" orang lain itu, tapi fokus pada keberuntungan saya. Jika perlu saya buat daftar berkat apa saja yang saya miliki. Mungkin orang berpikir berkat adalah sesuatu yang besar, materi, kedudukan, harta benda, pujian. Banyak orang tidak menyadari, helaan napas kita saat ini adalah berkat, karena ada orang di luar sana yang napasnya bergantung pada peralatan. Sinar matahari yang kita lihat pagi ini adalah berkat, karena jika Tuhan mengambilnya, tamatlah riwayat kehidupan kita. Lihatlah seluruh tubuh kita, utuh,lengkap, berfungsi dengan normal. Banyak saudara-saudara kita yang mempunyai kekurangan,namun ironisnya mereka punya hati yang lebih penuh dengan ucapan syukur dibandingkan dengan kita. 

Saya pernah melihat sebuah tayangan video mengenai seorang pemuda yang dilahirkan tanpa tangan dan kaki. Namun dia bisa melakukan kegiatan sehari-harinya seperti sikat gigi, mandi, naik mobil, bahkan berenang tanpa bantuan orang lain ! Nama pemuda itu adalah Nick Vujicic. Saat ini Nick menjadi motivator dunia dan memberkati banyak orang melalui kekurangannya.



Apa yang kita cari dari kehidupan di dunia ini? Apa tujuan hidup kita? Kebahagiaan? Apa yang bisa membuat kita bahagia? Apakah saat kita memiliki segalanya?

Saya tidak pandai menulis, namun saya berharap melalui tulisan ini saya bisa menabur sedikit berkat bagi orang yang membacanya.



Happiness is not about having what you want. It is about wanting what you have.
Happiness is not a destination of life, it is a method of life.

1 komentar:

  1. The King Casino: A Review of A Good Casino
    An overview of the deccasino The King Casino, the best online https://septcasino.com/review/merit-casino/ casino of the 2020, casino game https://tricktactoe.com/ list. Learn about bonuses and games https://septcasino.com/review/merit-casino/ and more

    BalasHapus