Prediksi hubungan empiris untuk
parameter gempa yang melemah sejalan dengan bertambahnya jarak, seperti
percepatan puncak dan kecepatan puncak, dikenal sebagai fungsi atenuasi (attenuation
relationship atau attenuation function). Analisis resiko gempa
dengan menggunakan model USGS memerlukan nilai percepatan tanah akibat
gempa.
Pada analisis resiko gempa apabila
lokasi yang ditinjau (site interest) tidak mempunyai data rekaman gempa,
maka untuk memperkirakan besarnya percepatan maksimum tanah digunakan fungsi
atenuasi. Yang dimaksud dengan fungsi atenuasi adalah suatu fungsi yang
menggambarkan korelasi antara intensitas (i) gerakan tanah setempat, magnitude
(M) dan jarak (R) dari sumber titik dalam daerah sumber gempa. Memperkirakan
fungsi atenuasi untuk gerakan tanah akibat gempa telah menjadi subjek yang
menarik dalam penelitian bidang kegempaan. Fungsi atenuasi merupakan alat yang
penting dalam mengaplikasikan resiko kegempaan dalam perencanaan bangunan tahan
gempa. Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi atenuasi adalah :
1. Mekanisme gempa
Gempa-gempa besar biasanya terjadi
karena pergeseran tiba-tiba lempeng tektonik yang mengakibatkan terlepasnya
energi yang sangat besar. Pergeseran lempeng tektonik ini bisa terjadi pada
daerah subduction, ataupun pada patahan yang tampak di permukaan bumi,
seperti patahan semangko di sumatera. Gempa yang terjadi pada daerah subduction
biasanya merupakan gempa dalam yang mempunyai kandungan frekuensi yang
berbeda dengan gempa dangkal. Gempa dalam biasanya mempunyai gelombang
permukaan yang lebih sedikit, sehingga memberikan spectrum respon yang lebih
rendah pada periode tinggi. Oleh karena itu rumusrumus atenuasi untuk gempa subduction
harus dipisahkan dari gempa strike slip.
2. Jarak episenter
Respon spectrum dari gempa yang tercatat
pada batuan mempunyai bentuk yang berbeda tergantung jarak episenternya (near
field, mid field, dan far field). Gempa near field memberikan respon yang
tinggi pada perioda yang rendah tapi mengecil secara drastic dengan bertambah
perioda. Di lain pihak, gampa far field pada perioda rendah tetapi
responnya terlihat konstan sampai perioda sekitar satu detik. Hal ini
menunjukkan adanya perubahan kandungan frekuensi gempa dengan semakin jauhnya
suatu daerah yang ditinjau ke episenter.
3. Kondisi tanah lokal
Kondisi tanah lokal mempunyai peran yang
sangat penting dalam menentukan respon suatu daerah terhadap gelombang gempa.
Respon gempa yang tiba dibatuan dasar bisa diperkuat, diperlemah atau berubah
kandungan frekuensinya karena tersaringnya getaran berfrekuensi tinggi.
Sejak percepatan puncak secara umum
digunakan untuk mendeskripsikan parameter gerakan tanah (ground motion), banyak
persamaan atenuasi yang dikembangkan dan diusulkan oleh para peneliti, antara
lain Donovan (1970), Fukushima dan Tanaka (1990), Crouse (1991), Joyner dan
Boore (1981, 1988), Sadigh (1987), Youngs et al (1997) dan lainnya. Akan
tetapi, hingga saat ini belum ada fungsi atenuasi yang penelitiannya
dikhususkan pada kondisi geologi dan seismotektonik untuk wilayah Indonesia
sehingga dalam analisis resiko gempa yang dilakukan digunakan fungsi atenuasi
yang diperoleh dari wilayah lain yang memiliki kemiripan tektonik dan geologi
dengan wilayah Indonesia.
a. Persamaan
atenuasi Joyner & Boore (1997)
Persamaan
atenuasi Joyner & Boore pada tahun 1997 diturunkan berdasarkan data gempa
di Western North Amerika dan gempa-gempa di California seperti Loma
Prieta, Petrolia, dan Landers. Percepatan tanah dasar menurut Joyner &
Boore adalah sebagai berikut.
Model Persamaan Regresi Joyner &
Boore
Sumber : Methods For Regression Analysis Of Strong
Motion Data oleh William B. Joyner dan David M. Boore
Persamaan
atenuasi Joyner & Boore diturunkan menggunakan berbagai pendekatan dan
penyederhanaan. Oleh karena itu persamaan tersebut perlu dikoreksi menggunakan
suatu faktor koreksi yang dihitung berdasarkan model persamaan regresinya.
b. Persamaan
atenuasi Youngs (1997)
Pada tahun 1997, Youngs et al.
mengusulkan suatu fungsi atenuasi yang dikembangkan berdasarkan data gempa
dengan mekanisme subduksi. Sumber data berasal dari Alaska, Chile, Cascadia,
Jepang, Mexico, Peru, dan Pulau Solomon. Bentuk dari fungsi atenuasi tersebut
adalah sebagai berikut :
Model Persamaan
Regresi Youngs
Sumber : Strong Ground Motion Attenuation Relationships for Subduction Zone
Earthquakes oleh R.R. Youngs, S.J. Chiou, W.J Silva, dan J.R Humprey
Sama seperti
persamaan atenuasi Joyner & Boore, persamaan atenuasi Youngs juga
diturunkan menggunakan berbagai pendekatan dan penyederhanaan. Oleh karena itu
persamaan tersebut perlu dikoreksi menggunakan suatu faktor koreksi yang
dihitung berdasarkan model persamaan regresinya untuk kondisi deep soil.
Nice post. Thank you Hanna!
BalasHapus